Minggu, 23 November 2014

Media dan Origami



A.    Media Pembelajaran
1.      Pengertian Media
       Istilah media berasal dari bahasa latin yang merupakan bentuk jamak dari “medium”. Secara harfiah berarti perantara atau pengantar. Pengertian umumnya adalah segala sesuatu yang dapat menyalurkan informasi dari sumber informasi kepada penerima informasi.
       Media menurut AECT adalah segala sesuatu yang digunakan orang untuk menyalurkan pesan. Sedangkan Gagne mengartikan media sebagai jenis komponen dalam lingkungan siswa yang dapat merangsang mereka untuk belajar. Briggs mengartikan media sebagai alat untuk memberikan perangsang bagi siswa agar terjadi proses belajar (abynajwablogspot.com diunduh pada tanggal 7 Oktober 2014 ).

2.      Media dalam Pembelajaran di TK
       Media pembelajaran secara umum adalah alat bantu proses belajar mengajar. Segala sesuatu yang dapat dipergunakan untuk merangsang pikiran, perasaan, perhatian dan kemampuan atau ketrampilan pebelajar  sehingga dapat mendorong terjadinya proses belajar. Batasan ini cukup luas dan mendalam mencakup pengertian sumber, lingkungan, manusia dan metode yang dimanfaatkan untuk tujuan pembelajaran / pelatihan.
       Sedangkan menurut Briggs (1977) media pembelajaran adalah sarana fisik untuk menyampaikan isi/materi pembelajaran seperti : buku, film, video dan sebagainya.
       Kemudian menurut National Education Associaton(1969) mengungkapkan bahwa media pembelajaran adalah sarana komunikasi dalam bentuk cetak maupun pandang,dengar, termasuk teknologi perangkat keras. ( http://www.pengertianahli.com/2014/07/pengertian-media-dan-jenis-media.html di unduh tanggal 25 oktober 2014)
       Oleh karena proses pembelajaran merupakan proses komunikasi dan berlangsung dalam suatu sistem, maka media pembelajaran menempati posisi yang cukup penting sebagai salah satu komponen sistem pembelajaran.
       Dari pendapat di atas disimpulkan bahwa media pembelajaran adalah segala sesuatu yang dapat menyalurkan pesan, dapat merangsang fikiran, perasaan, dan kemauan peserta didik sehingga dapat mendorong terciptanya proses belajar pada diri peserta didik.

B.     Melipat Kertas
1. Sejarah Origami
Origami merupakan satu kesenian melipat kertas yang dipercayai bermula semenjak kertas mula diperkenalkan pada abad pertama di Tiongkok pada tahun 105 oleh seorang Tiongkok dikasi yang bernama Ts’ai Lun.
Pembuatan kertas dari potongan kecil tumbuhan dan kain berkualitas rendah meningkatkan produksi kertas. Contoh-contoh awal origami yang berasal daripada Republik Rakyat Tiongkok adalah tongkang Tiongkok dan kotak. Pada abad ke-6, cara pembuatan kertas kemudian dibawa ke Spanyol oleh orang-orang Arab. Pada tahun 610 di masa pemerintahan kaisar wanitaSuiko (zaman Asuka), seorang biksu Buddha bernama Donchō (Dokyo) yang berasal dari Goguryeo (semenanjung Korea) datang ke Jepang memperkenalkan cara pembuatan kertas dan tinta. Kemudian seni ini berkembang mula-mula pada zaman Muromachi (1333-1568) dan kemudian pada zaman Edo (1603–1868). Karena harganya yang sangat mahal pada masa itu, penggunaannya terbatas hanya pada kegiatan-kegiatan seremonial seperti untuk Noshi.
Terpisah dari itu, berkembang pula kesenian melipat kertas di Eropa, yang disebarkan dari Mesir dan Mesopotamia ke Spanyol pada abad ke-16 dan kemudian menyebar ke seluruh Eropa barat. Sebuah karya origami tradisional berbentuk bangau. Untuk waktu yang lama, model-model yang dikenal hanya terbatas pada model-model tradisional seperti bangau di Jepang dan pajarita di Spanyol. Akira Yoshizawa(1911–2005) membuat inovasi dengan menciptakan model-model baru yang kemudian membawa perubahan besar dalam perkembangan origami. Beliau menciptakan sebuah sistem penggambaran sistemastis (yang disebut diagram)) untuk menunjukkan langkah-langkah pelipatan suatu model yang dapat disebarluaskan dan dipahami oleh banyak pihak. Sistem ini adalah dasar dari Sistem Yoshizawa-Randlettyang sekarang lazim digunakan untuk instruksi lipat model origami.
Origami pun menjadi populer di kalangan orang Jepang sampai sekarang terutama dengan kertas lokal Jepang yang disebut Washi. Washi (和紙, Washi?) atau Wagami adalah sejenis kertas yang dibuat dengan metode tradisional di Jepang. Dibandingkan kertas produksi mesin, serat dalam washi lebih panjang sehingga washi bisa dibuat lebih tipis, namun tahan lama, tidak cepat lusuh atau sobek. Origami merupakan kesenian tradisional dari Jepang.
Produksi washi sering tidak dapat memenuhi permintaan konsumen sehingga berharga mahal. Di Jepang, washi digunakan dalam berbagai jenis benda kerajinan dan seni seperti Origami, Shodō dan Ukiyo-e. Washi juga digunakan sebagai hiasan dalam agama Shinto, bahan pembuatan patung Buddha, bahan mebel, alas sashimi dalam kemasan, bahan perlengkapan tidur, bahan pakaian seperti kimono, serta bahan interior rumah dan pelapis pintu dorong. Di Jepang, washi juga merupakan bahan uang kertas sehingga uang kertas yang terkenal kuat dan tidak mudah lusuh (http://nikicrystall.wordpress.com/mengenal-seni-melipat-kertas-jepang-atau-origami-kajian-dalam-perspektif-budaya/di di unduh pada  tanggal 30 Septemper 2014).
2. Paperfolder
Orang yang membuat origami disebut sebagai paperfolder (pelipat kertas). Kumpulan paperfolder berasal dari berbagai kumpulan orang-orang dengan latar belakang yang sangat berbeda seperti seniman, ilmuwan, atau juga para pecinta seperti ibu-ibu/orang dewasa, anak-anak dan remaja, bahkan para pendidik hingga ahli terapi.
3. Bahan Origami
Bahan dasar origami adalah kertas dan memang asal origami itu sendiri memang dari satu lembar kertas saja. Bahan dasar pembuatan origami sangat mudah diperoleh. Hal ini menjadikan origami sebagai seni yang dapat di akses oleh semua kalangan.
Beberapa karakteristik kertas yang digunakan untuk origami, antara lain : tipis, kuat, tidak mudah robek, dan tidak sulit untuk dilipat. Kertas origami sebaiknya tidak terlalu tipis dan tidak terlalu lentur seperti kertas tissue, jug tidak terlalu tebal seperti kertas karton.
4. Model Origami
Origami terdiri atas dua jenis model yaitu model tradisional dan model orisinal. Model tradisional merupakan model yang umun/popular dan biasanya tidak dikenal lagi siapa yang mendesain pertama kalinya, dan jumlahnya sangat banyak. Sementara model orisinal, merupakan karya-karya kontemporer buatan para pelipat kertas dan dicantumkan namanya sebagai hak cipta.
Model tradisional diajarkan turun-temurun secara lisan sesuai dengan ingatan dan pengalaman. Perkembangan model-model baru yang kompleks dan beragam, disajikan dalam bentuk set diagram yang bertujuan untuk memberi petunjuk, instruksi selangkah demi selangkah. Bentuk dan metode melipat disebut sebagai desain origami. Beberapa seniman origami menuangkan desainnya dalam bentuk diagram setelah model origaminya selesai. Jadi ide, gagasan, lalu desain hingga model sudah jadi lebih dulu, sedangkan satu set diagramnya dibuat belakangan.
5. Teknik Origami
Teknik dasar origami adalah melipat. Lipatan yang paling sederhana adalah lipatan valley (lembah), dimana sepotong kertas rata dilipat dengan ciri jika lipatan dikembalikan lagi garis lipatan akan membentuk suatu sungai/lembah. Lipatan dasar lainnya adalah lipatan mountain (gunung), dimana jika kertas dikembalikan lagi akan membentuk suatu bubungan yang terangkat atau bentukan gunung. Kedua lipatn ini berkebalikan yang menjadi dasar yang kompleks.
6. Manfaat Origami
Beberapa orang yang tergabung dalam kumpulan pecinta origami menggunakan origami sebagai jalan untuk mengekspresikan kreatifitasnya. Para ilmuwan, arsitek-arsitek, dan matematikawan mengeksplorasi geometri origami untuk keindahannya tersendiri dan aplikasi-aplikasi lainnya dalam bidang mereka. Para pecinta dari kalangan usia dewasa memanfaatkan origami untuk hobby, mengisi waktu luang, keindahan dan lain sebagainya.
Para pendidik menggunakan origami untuk membantu murid-murid mereka belajar. Sementara para ahli terapi menggunakan origami sebagai suatu alat untuk membantu pasien dalam memulihkan (recovery) dari penyakit. Bahkan origami sebagai sarana untuk memepelajari matematika seperti teori angka, kalkulus, analisis masalah, trigonometri, dan aljabar abstrak.
7. Origami untuk Anak Usia Dini
Origami untuk anak-anak merupakan bentuk aktifitas yang sangat menyenangkan. Keberhasilan melipat kertas terpancar dalam ekspresi anak saat mampu menyelesaikan lipatannya. Tidak hanya rasa senang yang didapatkan dari bermain origami namun juga penyaluran kreatifitas dan imajinasi anak, dan yang terpenting adalah ketarampilan dalam mengontrol dan melatih motorik halus. Belajar untuk tetap konsentrasi dan fokus dalam mengikuti langkah-langkah pembuatan suatu model origami adalah bentuk belajar sambil bermain. Semua hal tersebut diatas sangat dibutuhkan untuk mempersiapkan anak memasuki usia sekolah.
Untuk anak usia dini bentuk lipatan masih berupa bentuk objek yang sederhana. Anak-anak belum dapat mengikuti tahapan lipatan yang kompleks. Belajar melipat pada anak dilakukan dengan beberapa tahap yaitu :
a.       Usia 2-3 tahun anak melipat kertas sembarang
b.      Usia 3-4 tahun anak melipat kertas dengan berbagai bentuk tetapi tidak teratur
c.       Usia 4-5 tahun anak melipat kertas lebih dari satu lipatan
d.      Usia 5-6 tahun anak melipat kertas menjadi suatu bentuk origami
Penilaian ditekankan pada proses daripada produk. Hasil evaluasinya sebaiknya tidak hanya dinilai dari karya anak namun lebih kepada uasah anak untuk menghasilkan karyanya.
Kesalahan yang lain adalah cara pendidik mengajarkan melipat tersebut. Anak tidak mau melipat kertas karena cara pendidik yang mengajarkan dengan media yang kurang menarik. Bagi guru kegiatan melipat kertas dapat sekaligus digunakan sebagai media pembelajaran terpadu. Mengawali kegiatan dengan bercerita adalah awalan yang baik sebelum mengajak anak berkreasi melipat kertas.
Pemberian reinforcement pada saat anak sedang mengerjakan sampai selesai adalah hal yang sangat penting dan berpengaruh pada anak. Kebanyakan anak dalam proses melipat tidak mampu melakukannya dengan sempurna. Hal itu tidak menjadi masalah karena konsep mengajarkan seni untuk anak bukan berpatokan pada hasil yang diharapkan tapi lebih pada proses.          

Peningkatan motorik halus melalui kegiatan menggunting



A.    Media Pembelajaran
1.      Pengertian Media Pembelajaran Anak Usia Dini
       Media berasal dari bahasa Latin dan merupakan bentuk jamak dari kata medium yang secara harfiah memiliki arti antara, perantara,atau pengantar. Media adalah perantara atau pengantar pesan dari pengirim pesan kepada penerima pesan. Terkait dengan pembelajaran, media adalah segala sesuatau yang dapat digunakan untuk menyampaikan pesan dari pengirim pesan kepada penerima pesan sehingga dapat merangsang pikiran, perasaan, dan perhatian anak didik untuk tercapainya tujuan pendidikan.
Ada beberapa batasan yanng dikemukakan oleh para ahli tentang pengertian media, diantaranya :
1.    Fleming (1987)
Media adalah penyebab atau alat turut campur tengah dalam dua pihak atau mendamaikannya.
2.  Heinich dan kawan-kawan (1982)
Mengemukakan istilah medium sebagai perantara yang mengatur formasi antara sumberdan penerima, jadi televisi, film, foto, radio, rekaman audio, gambar yang diproyeksikan, bahan0bahan cetakan dan sejenisnya adalah medium.
3.  Hamidjojo dalam latuheru (1993)
Media adalah  semua bentuk perantara yang digunakan oleh manisa untuk menyampaikan  atau menyebarkan ide gagasan, atau pendapat sehingga ide atau pendapat yang dikemukan kan itu sampai kepada merima yang dituju (http://utarirismi140192.blogspot.com/2012/11/media pembelajaran-anak-usia-dini-oleh.html di unduh tanggal 7 Oktober 2014).
       Dari berbagai pendapat  tentang  pengertian  media, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa pengertian media dalam pembelajaran adalah segala bentuk alat komunikatif yang dapat digunakan untuk menyampaikan pesan/informasi dari sumber kepada anak didik yanng bertujuan agar dapat merangsang pikiran, perasaan, minat dan perhatian anak didik untuk mengikuti kegiatan pembelajaran.

2.      Peran dan Kedudukan Media dalam Pembelajaran   
Kembali kepada arti penting media dalam proses belajar mengajar yang dapat mengantarkan kepada tujuan pendidikan, maka berikut ini akan diuraikan berbagai peranan media dalam proses belajar mengajar (Hamalik 1997, Sadiman, 2003).
a.       Memperjelas Penyajian Pesan dan Mengurangi Verbalitas
Sesuai dengan karakteristik dari media, maka penggunaan media dapat membantu manusia mengatasi sedikit banyak keterbatasan indera manusia sehingga pesan yang disampaikan menjadi jelas. Penggunaan media dapat mengurangi verbalitas karena media dapat mendorong anak untuk aktif berperan serta dalam proses belajar mengajar, sehingga informasi yang diterima oleh anak didik tidak hanya dari guru saja tetapi anak didik juga turut aktif mencari dan mendapatkan informasi pembelajaran tersebut.
b.      Memperdalam Pemahaman Anak Didik terhadap Materi Pelajaran
Dengan penggunaa media dalam belajar akan ada kejelasan informasi/pesan tentang materi pelajaran yang diterima anak didik. Di samping itu, melalui media peran aktif anak didik dapat digerakkan untuk memperoleh pengetahuan tentang materi pelajaran, maka hal itu secara otomatis akan memperdalam pemahaman anak didik.
c.       Memperagakan Pengertian yang Abstrak kepada Pengertian yang Koonkret dan Jelas
Materi pembelajaran sering kali adalah sesuatu yang bersifat abstrak. Hal yang abstrak ini tidak mudah dipahami terutama untuk anak usia dini. Oleh karena itu, media mampu menjadikan sesuatu yang bersifat abstrak dapat dipahami secara konkret dan jelas. Misalnya ketika mengajarkan makna kasih sayang, Tuhan, Malaikat, dan lain-lain.
d.      Mengatasi Keterbatasan Ruang, Waktu dan Daya Indera Manusia
Manusia memiliki keterbatasan indera untuk bisa memahami tentang seluk beluk lingkungan kehidupannya jika hanya mengandalkan daya inderanya. Oleh karena itu, manusia membutuhkan bantuan berbagai alat yaitu denagn menggunakan berbagai media. Hal ini sesuai dengan karakteristik media yaitu :
1)      Fixative property
Media mampu menangkap, menyimpan dan merekomendasikan suatu objek atau peristiwa yang telah terjadi di masa lampau. Misalnya footo/kamera, film, video, film bingkai, dll.
2)      Manipulative property
Media dapat mengubah objek, waktu dan peristiwa menjadi 3 hal: close up (objek yag terlalu kecil terlihat lebih besar:luv, mikroskop,dll), time lapsel high-speed photography (gerak yang terlalu lambat dapat lebih cepat:kamera), dan slow motion (gerak yang terlalu cepat dapat diperlambat:kamera), oobjek yang terlalu besar dapat diperkecil dengan miniatur, gambar, maket,dll
3)      Distributuve property
Media dapat menyajikan suatu peristiwa dalam radius yang luas seperti gunung berapi, iklim,dll sehingga divisualisasikan dalam bentuk film, dll.
e.       Penggunaan Media Pembelajaran yang Tepat akan Dapat Mengatasi Sikap Pasif Anak Didik
Dengan penggunaan media, anak diberi kesempatan untuk bereksperimen, dan bereksplorasi secara luas terhadap media tersebut. Dalam hal ini media pembelajaran berguna untuk :
1)      Menimbulkan kegairahan belajar
2)      Memungkinkan interaksi yang lebih langsung antara anak didik dengan lingkungan dan kenyataan.
3)      Memungkinkan anak didik belajar sendiri-sendiri menurut kemampuan dan minatnya.
f.       Mengatasi Sifat Unik pada Setiap Anak Didik yang Diakibatkan oleh Lingkungan yang Berbeda
Setiap anak didik berasal dari lingkungan keluarga yang memiliki budaya, agama, tingkat pendidikan, dan sosial ekonomi yang berbeda-beda. Oleh karena itu, setiap anak didik memiliki keunika tersendiri dan berpengaruh terhadap proses belajar-mengajar.
g.      Media Mampu Memberikan Variasi dalam Proses Belajar Mengajar
Dengan menggunakan media yang bervariasi, maka suasana pembelajaranpun akan bervariasi dan menarik bagi anak.
h.      Memberi Kesempatan pada Anak Didik untuk Mereview Pelajaran yang Diberikan
Dalam proses belajar-mengajar mungkin saja ada beberapa informasi yang terlewat oleh anak. Dengan melihat kembali media yang digunakan oleh guru dalam menerangkan, anak dapat merevisi kembali informasi pelajaran yang pernah diterimanya tersebut.
i.        Memperlancar Pelaksanaan Kegiatan Belajar Mengajar
Dengan penggunaan media yang tepat, maka pelaksanaan kegiatan belajar mengajar yang dilakasanakan akan lebih efektif dan efisien. (http://utarirismi140192.blogspot.com/2012/11/media pembelajaran-anak-usia-dini-oleh.html di unduh tanggal 7 Oktober 2014).

3.      Gunting
       Dalam Kamus Bahasa Indonesia untuk Pendidikan Dasar hal 249 dituliskan “Gunting” kb 1 alat perkakas untuk memotong kain (rambut dan sebagainya) 2 menggunting kk memotong (memangkas dan sebagainya) dengan memakai gunting.
       Gunting berguna untuk melatih anak agar mampu menggunakan alat, dan melatih keterampilan  memotong objek gambar. Hal ini membantu perkembangan motorik, latihan keterampilan, sikap, dan apresiatif  bagi anak.  Keterampilan yang akan didapat oleh anak antara lain; keterampilan mengoperasikan alat gunting untuk memotong kertas, keterampilan memotong di tempat yang benar, kecermatan mana yang harus dipotong dan mana yang tidak boleh dipotong, dan ketahanan mengerjakan memotong dengan waktu yang relatif lama bagi anak. Sikap anak didapatkan melalui suka atau tidak suka  dengan hasil potongan yang telah ia lakukan untuk ditempatkan (dipasang pada tempat yang telah disediakan). Setelah ia potong sebelum dibubuhi lem ia coba pasang pas atau tidak, bagus atau tidak, salah atau benar.
       Dari beberapa hal yang telah ia lakukan tentu akan melatih sikap anak terhadap yang ia lakukan dan tata cara yang harus dijalankan. Apresiatif didapatkan dari penanaman sikap, keterampilan, pengalaman berkarya, pengetahuan dalam memadukan guntingan kertas, dan pewarnaan hasil karyanya.  Gambar yang akan digunting oleh anak sudah mempunyai batas yang telah dirancang oleh penggambar. Yaitu garis yang membatasi gambar atau kontur bidang. Kegiatan menggunting dapat dilakukan dengan cara menggunting di luar objek gambar yang diwarnai dengan jarak kira-kira 1 mm. Sehingga ruang warna tidak dikurangi dan tidak ada kelebihan kertas putih.
       Objek gambar yang diwarnai dengan media kering akan tidak banyak memiliki kesulitan pada waktu pengguntingan karena kertas tetap dalam keadaan kering sehingga langsung dapat dipotong dengan menggunakan gunting. Objek gambar yang diwarnai dengan media basah akan lebih sulit pemotongannya. Maka harus ditunggu sampai gambar tersebut sampai kering benar, karena kertas yang lembek akan gampang sobek bila digunting(http://melyloelhabox.blogspot.com/2012/10/mewarnai/menggunting-menempel-3m-dan.html di unduh tanggal 5 Oktober 2014).

4.      Langkah-langkah Penggunaan Media Gunting
a.       Guru menyediakan peralatan gunting sesuai dengan jumlah anak
b.      Guru menyediakan lembaran kertas kosong sesuai dengan jumlah anak
c.       Guru menjelaskan kepada anak cara memegang gunting yang benar
d.      Guru memeriksa hasil pekerjaan anak dalam menggunting kertas
e.       Guru memperbaiki beberapa anak yang kurang mampu cara menggunting kertas yang baik dan benar
f.       Guru membagikan kertas berpola gambar yang sudah disiapkan  sebelumnya
g.      Guru memperagakan cara menggunting kertas berpola gambar yang baik dan benar
h.      Anak mempraktekan cara menggunting kertas berpola gambar seperti yang telah diperagakan guru
i.        Guru dan anak melakukan refleksi terhadap proses pembelajaran yang telah dilaksanakan
j.        Guru memberikan penilaian hasil pekerjaaan anak

5.      Manfaat Media Pembelajaran
       Secara umum manfaat media pembelajaran adalah memperlancar interaksi antara guru dengan siswa sehingga kegiatan pembelajaran lebih afektif dan efisien. Sedangkan secara lebih khusus manfaat media pembelajaran adalah:
a.       Penyampaian materi pembelajaran dapat diseragamkan
Dengan bantuan media pembelajaran, penafsiran yang berbeda antar guru dapat dihindari dan dapat mengurangi terjadinya kesenjangan informasi diantara siswa dimanapun berada.
b.      Proses pembelajaran menjadi lebih jelas dan menarik
Media dapat menampilkan informasi melalui suara, gambar, gerakan dan warna, baik secara alami maupun manipulasi, sehingga membantu guru untuk menciptakan suasana belajar menjadi lebih hidup, tidak monoton dan tidak membosankan.
c.       Proses pembelajaran menjadi lebih interaktif
Dengan media akan terjadinya komukasi dua arah secara aktif, sedangkan tanpa media guru cenderung bicara satu arah.
d.      Efisiensi dalam waktu dan tenaga
Dengan media tujuan belajar akan lebih mudah tercapai secara maksimal dengan waktu dan tenaga seminimal mungkin. Guru tidak harus menjelaskan materi ajaran secara berulang-ulang, sebab dengan sekali sajian menggunakan media, siswa akan lebih mudah memahami pelajaran.
e.       Meningkatkan kualitas hasil belajar siswa
Media pembelajaran dapat membantu siswa menyerap materi belajar lebih mandalam dan utuh. Bila dengan mendengar informasi verbal dari guru saja, siswa kurang memahami pelajaran, tetapi jika diperkaya dengan kegiatan melihat, menyentuh, merasakan dan mengalami sendiri melalui media pemahaman siswa akan lebih baik.
f.       Media memungkinkan proses belajar dapat dilakukan di mana saja dan kapan saja
Media pembelajaran dapat dirangsang sedemikian rupa sehingga siswa dapat melakukan kegiatan belajar dengan lebih leluasa dimanapun dan kapanpun tanpa tergantung seorang guru. Perlu kita sadari waktu belajar di sekolah sangat terbatas dan waktu terbanyak justru di luar lingkungan sekolah.
g.      Media dapat menumbuhkan sikap positif siswa terhadap materi dan proses belajar
Proses pembelajaran menjadi lebih menarik sehingga mendorong siswa untuk mencintai ilmu pengetahuan dan gemar mencari sendiri sumber-sumber ilmu pengetahuan.
h.      Mengubah peran guru ke arah yang lebih positif dan produktif
Guru dapat berbagi peran dengan media sehingga banyak memiliki waktu untuk memberi perhatian pada aspek-aspek edukatif lainnya, seperti membantu kesulitan belajar siswa, pembentukan kepribadian, memotivasi belajar, dan lain-lain.

B.     Perkembangan Motorik Halus
1.      Pengertian Perkembangan Motorik Halus
Menurut Nursalam (2005 hal. 45) perkembangan motorik halus adalah “kemampuan anak untuk mengamati sesuatu dan melakukan gerak yang melibatkan bagian-bagian tubuh tertentu dan otot-otot kecil, memerlukan koordinasi yang cermat serta tidak memerlukan banyak tenaga.”
Sedangkan menurut Moelichatoen (2004 hal.67) motorik halus adalah “merupakan kegiatan yang menggunakan otot-otot halus pada jari dan tangan. Gerakan ini keterampilan bergerak”.
2.      Kemampuan Motorik Halus Anak TK
a.       Anak Usia 3-4 Tahun
1)      Menggunting kertas menjadi dua bagian
2)      Mencuci dan mengelap tangan sendiri
3)      Mengaduk cairan dengan sendok
4)      Menuang air dari teko
5)      Memegang garpu dengan cara menggenggam
6)      Membawa sesuatu dengan penjepit
7)      Apabila diberikan gambar kepala badan manusia yang belum lengkap, ia akan dapat menambahkan paling sedikit dua organ tubuh
8)      Membuka kancing dan melepas ikat pinggang
9)      Menggambar lingkaran namun bentuknya masih kasar.
b.      Anak Usia 4-5 Tahun
1)      Mengikat tali sepatu
2)      Memasukan surat ke dalam amplop
3)      Memoleskan selai di atas roti
4)      Membentuk berbagai objek dengan tanah liat
5)      Mencuci dan mengeringkan muka tanpa membasahi baju
6)      Memasukan benang ke dalam lubang jarum (Sujiono, 2007:1.15-1.16)
3.      Fungsi Perkembangan Motorik Halus
     Menurut Mudjito (2007 hal 89 ) mencatat beberapa alasan tentang fungsi perkembangan motorik halus yaitu :
a.       Melalui keterampilan motorik, anak dapat menghibur dirinya dan memperoleh perasaan senang.
b.      Melalui keterampilan motorik, anak dapat beranjak dari kondisi helpessness (tidak berdaya) pada bulan-bulan pertama kehidupannya.
c.       Melalui keterampilan motorik, anak dapat menyesuaikan dirinya dengan lingkungan sekolah.
4.      Karakter Perkembangan Motorik Halus Anak
Karakter perkembangan motorik halus menurut  Walkay dalam Mudjito (2007) dapat disimpulkan bahwa keterampilan motorik halus yang paling utama adalah:
a.       Pada saat anak usia 3 tahun, kemampuan gerak halus anak belum berbeda dari kemampuan gerak halus anak bayi.
b.      Pada usia 4 tahun, koordinasi motorik halus anak secara substansial sudah mengalami kemajuan dan gerakannya sudah lebih cepat, bahkan cenderung sempurna.
c.       Pada usia 5 tahun, koordinasi motorik anak sudah lebih sempurna lagi tangan, lengan, dan tubuh bergerak di bawah koordinasi mata.
d.      Pada akhir masa kanak-kanak usia 6 tahun ia belajar bagaimana menggunakan jemari dan pergelangan tangannya untuk menggunakan ujung pensil.
5.      Faktor – Faktor Perkembangan Motorik Anak
Faktor-faktor yang membantu meningkatkan motorik anak yang dapat dilakukan oleh guru  TK adalah :
a.    Menyediakan peralatan atau lingkungan yang memungkinkan anak melatih keterampilan motoriknya.
b.    Setiap anak memiliki jangka waktu sendiri dalam menguasai suatu keterampilan.
c.    Aktivitas fisik anak yang bervariasi, yaitu aktivitas fisik untuk bermain dan bergembira sambil menggerakkan anggota tubuh.
d.   Aktivitas fisik anak dapat mencapai kemampuan yang diharapkan sesuai dengan perkembangannya.
6.      Meningkatkan Kemampuan Motorik Halus Anak TK
Motorik adalah semua gerakan yang mungkin dapat dilakukan oleh seluruh tubuh, sedangkan gerakan motorik dapat disebut sebagai perkembangan dari unsur kematangan dan pengendalian gerak tubuh. Perkembangan motorik ini erat kaitannya dengan pusat motorik di otak. Perkembangan motorik berkembang sejalan dengan kematangan syaraf dan otak. Oleh sebab itu, setiap gerakan yang dilakukan anak sesederhana apapun, sebenarnya merupakan hasil pola interaksi yang kompleks dari berbagai dan sistem dalam tubuh yang dikontrol otak, otaklah yang berfungsi sebagai bagian dari susunan syaraf  yang mengatur dan mengontrol semua aktivitas fisik dan mental seseorang.
Perkembangan motorik anak terbagi menjadi dua bagian, yaitu gerakan motorik kasar dan gerakan motorik halus. Gerakan motorik kasar adalah kemampuan yang membutuhkan koordinasi sebagian besar bagian tubuh anak. Seperti meloncat, memanjat, berlari, menaiki sepeda, berdiri dengan satu kaki dan sebagainya. Gerakan motorik halus adalah bila gerakan hanya melibatkan bagian-bagin tubuh tertentu saja dan dilakukan oleh otot-otot kecil, seperti keterampilan menggunakan jari jemari tangan dan gerakan pergelangan tangan yang tepat. Gerakan ini membutuhkan koordinasi mata dan tangan yang cermat.
Gerakan motorik halus yang terlihat saat usia TK, antara lain adalah anak mulai dapat menyikat giginya, menyisir, memakai sepatu sendiri, menggunting dan sebagainya.
Pengembangan motorik pada anak TK adalah merupakan proses memperoleh keterampilan dan pola gerakan yang dapat dilakukan anak. Dalam mempelajari kemampuan motorik halus anak belajar ketepatan koordinasi tangan dan mata. Anak juga belajar menggerakan pergelangan tangan agar lentur dan anak belajar berkreasi dan berimajinasi.
Semakin baiknya gerakan motorik halus anak membuat anak dapat berkreasi, seperti menggunting kertas, menyatukan dua lembar kertas, menganyam kertas, tapi tidak semua anak memiliki kematangan untuk menguasai kemampuan pada tahap yang sama. Dalam melakukan gerakan motorik halus anak juga memerlukan dukungan keterampilan fisik serta kematangan mental ( Sujiono, 2007: 1.14).
Untuk meningkatkan kemampuan motorik halus anak TK sudah barang tentu memerlukan bantuan guru. Disini guru dituntut untuk dapat menjalankan perannya sebagai guru TK sehingga anak benar-benar dapat berkembang secara optimal.

TANYA UT