Konsentrasi
1.
Pengertian
Konsentrasi
Slameto (2012: 86)
mengemukakan bahwa konsentrasi adalah pemusatan pikiran terhadap suatu hal
dengan menyampingkan semua hal lainnya yang tidak berhubungan. Dalam belajar
konsentrasi berarti pemusatan pikiran terhadap suatu mata pelajaran dengan
menyampaikan semua hal lainnya yang tidak berhubungan dengan pelajaran.
Konsentrasi besar pengaruhnya terhadap belajar jika seseorang mengalami
kesulitan konsentrasi maka belajarnya akan sia-sia karena hanya akan membuang
tenaga, waktu dan biaya. Seorang yang dapat belajar dengan baik adalah adalah
orang yang dapat berkonsentrasi dengan baik dengan kata lain harus memiliki
kebiasaan untuk memusatkan pikiran.
Konsentrasi menurut
Sardiman (2007:40) dimaksudkan memusatkan segenap kekuatan perhatian pada suatu
situasi belajar. Unsur motivasi dalam hal ini sangat membantu tumbuhnya proses
pemusatan perhatian. Di dalam konsentrasi ini keterlibatan mental secara detail
sangat diperlukan, sehingga tidak ”perhatian” sekedarnya.
Konsentrasi menurut G.
G. Neill Wright (dalam Gie, 1995: 138) adalah keterserapan dalam mata pelajaran
yang seseorang sedang mempelajarinya sampai titik kebutaan dan ketulian
terhadap semua hal lainnya (absorption in
the subject one is studying to the point of blindness and deafness to all else). Banyak ahli keterampilan studi
berpendapat bahwa pemusatan pikiran atau konsentrasi adalah suatu kebiasaan dan
oleh karenanya dapat dilatih oleh setiap orang yang bersungguh-sungguh ingin
mencapainya.
Menurut Susanto (2006:46)
konsentrasi adalah kemampuan seseorang untuk bisa mencurahkan perhatian dalam
waktu yang relatif lama. Sedangkan anak dikatakan berkonsentrasi pada pelajaran
jika dia bisa memusatkan perhatian pada apa yang dipelajari. Dengan
berkonsentrasi, anak tidak mudah mengalihkan perhatian pada masalah lain di
luar apa yang sedang dipelajari oleh anak tersebut (http://digilib.ump.ac.id/files/disk1/7/jhptump-a-apriliamul-316-babii.pdf
di unduh tanggal 7 Oktober 2014).
Dari pengertian
konsentrasi di atas dapat disimpulkan bahwa konsentrasi siswa adalah memusatkan
segenap kekuatan perhatian siswa pada suatu situasi belajar. Artinya tindakan
atau pekerjaan yang siswa lakukan dilakukan secara sungguh-sungguh dengan
memusatkan seluruh panca indra, penciuman, pendengaran, pengelihatan dan
fikiran siswa.
2.
Faktor
–faktor yang Mempengaruhi Konsentrasi
Kemampuan
dalam konsentrasi bukanlah suatu bakat yang diperoleh sejak lahir melainkan
suatu kebiasaan yang terlatih. Konsentrasi adalah akibat dari perhatian yang
ditimbulkan secara sadar oleh seseorang. Dengan melatih diri dan mengembangkan
minat maka setiap orang dapat meningkatkan kemampuan konsentrasinya sehingga
menjadi kebiasaan yang mudah dilakukan ketika diperlukan. Sama halnya dengan kita
melatih anak untuk berkonsentrasi terhadap pelajaran yang akan diajarkan kepada
anak-anak, semakin kita memberikan pelajaran yang menyenangkan bagi anak
akan lebih antusias dan lebih
memperhatikan materi yang disampaikan. Berikut beberapa faktor dalam menghambat
konsentrasi.
Menurut
Hakim, (2002: 14-17) ada dua faktor gangguan dalam konsentrasi yaitu :
a. Faktor
internal
Yaitu
faktor penyebab gangguan konsentrasi yang berasal dari dalam diri seseorang,
secara garis besar faktor ini meliputi:
1) Faktor
Jasmani
Penyebab gangguan
konsentrasi yang berasal dari kondisi jasmani yang tidak berada didalam kondisi
normal atau sedang mengalami gangguan kesehatan: (1) mengantuk, (2) lapar dan
haus, (3) gangguan panca indra, (4) gangguan pencernaan, (5) gangguan jantung, (6) gangguan pernafasan, (7) ganguan kulit,
(8) gangguan saraf dan otak, (9) tidak betah diam.
2) Faktor
Rohani
Merupakan faktor
penyebab gangguaan konsentrasi yang berasal dari mental seseorang yang sedang
mengalami berbagai macam gangguan, mulai gangguan mental ringan sampai pada
gangguan mental berat. Beberapa gangguan mental dapat menghambat terjadinya
konsentrasi pada diri seseorang yaitu: (1) tidak tenang dan tidak betah diam
yang bersumber dari pembawaan, (2) ada kecenderungan mudah gugup dan grogi, (3)
emosional, tidak sabar dan terburu-buru, (4) mudah tergoda pada sesuatu yang
terlihat dan terdengar, (5) mudah cemas, (6) mudah grogi ditengah orang banyak,
(7) tidak dapat mengendalikan khayalan, (8) tidak percaya diri yang menimbulkan
rasa takut gagal, (9) sedang dihinggapi gangguan mental tertentu, seperti
stress, trauma, frustasi, depresi, neurosis dan lainnya.
b. Faktor
eksternal
merupakan
faktor penyebab gangguaan konsentrasi yang berasal dari luar diri seseorang,
yaitu dari lingkungan disekitar orang tersebur berada. Faktor gangguan
eksternal yang sering dialami adalah rasa tidak nyaman dalam melakukan berbagai
kegiatan yang memerlukan konsentrasi penuh seperti belajar, beribadah dan
berkerja. Berikut contoh ganguan tersebut yaitu : (1) ruangan kerja yang
terlalu sempit dan tidak menimbulkan rasa tidak leluasa dan tidak rileks, (2)
ruangan yang tidak bersih, (3) tata letak barang yang tidak teratur yang
menimbulkan kesan berantakan dan menimbulkan perasaan tidak menentu, (4) udara
disekitar lingkungan kerja yang berpolusi dari debu yang berasal dari ruangan
kerja yang tidak bersih atau berasal dari luar karena terlalu ramainya lalu
lintas, (5) adanya aroma yang tidak sedap seperti bau busuk dari sampai atau WC
yang jarang dibersihkan, (6) suhu udara yang terlalu panas, (7) hubungan yang
kurang harmonis dengan oranr-orang yang berada disatu lingkungan yang sama, (8)
tidak adanya kerja sama yang baik dengan antar karyawan terutama kerja sama
anar bagian, (9) kepemimpinan yang kurang baik, (10) polusi udara yang berasal
dari kendaraan bermotor, mesin, pekerja bangunan, dan suara bising, (11)
gangguan pengelihatan yang bersumber dari lingkungan yang kotor, tata letak
barang yang tidak teratur, serta tingkah laku seseorang yang tidak baik.
Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulan bahwa
konsentarsi bukanlah bakat atau bawaan sejak lahir, melainkan konsentarsi
adalah suatu bentuk kebiasaan yang dilatih, dalam melakukan konsentarsi harus
berusaha keras segenap perhatian panca indra dan fikirannya serta terfokus
dalam satu objek, konsentrasi juga dipengaruhi oleh beberapa faktor dan faktor
itulah yang mempengruhi dalam konsentarsi seseorang.
3.
Manfaat
Konsentrasi
Rohani (2012: 24) berpendapat bahwa
manfaat dalam konsentrasi antara lain :
a)
Membangkitkan anak untuk menaruh perhatian
dalam pengajaran dan menimbulkan daya
konsentrasi.
Pada saat belajar, anak
memperhatikan serta perhatiannya hanya tertuju pada hal yang sedang disampaikan
oleh guru sehingga tetap fokus dan tetap berkonsentrasi.
b) mengkoordinasi
bahan pelajaran yang menjadi suatu problem yang mendorong anak selalu aktif
dalam mengamati, menyelidiki, memecahkan, dan menentukan jalan penyelesaiannya
sekaligus bertanggung jawab atas tugas yang di serahkan kepadanya.
c) Memberikan
struktur bahan pelajaran sehingga merupakan totalitas yang bermakna bagi
peserta didik yang dapat di gunakan untuk menghadapi lingkungan tempat ia
tinggal.
Dari definisi diatas
dapat disimpulkan bahwa konsentrasi sangatlah besar pengaruhmya terhadap
belajar, jika seseorang mengalami kesulitan dalam belajar dan berkonsentrasi
maka hanya akan membuang tenaga. supaya dapat berkonsentrasi dengan baik harus dapat memfokuskan teanaga serta
pikiranya hanya pada satu objek.
4.
Manfaat konsentrasi dalam penelitian
Berikut
beberapa manfaat konsentrasi dalam penelitian ini adalah :
a) Membantu anak lebih mudah menerima
pelajaran
Membantu mempermudah dalam menerima
pelajaran dan menguasai materi yang
sudah disampaikan. Dapat dipastikan anak yang berkonsentrasi dalam belajar sebenarnya
anak juga sedang aktif. Sehingga konsentrasi juga dapat dijadikan suatu tanda
bahwa anak sedang aktif belajar.
b)
Menambah
semangat dan motivasi bagi anak untuk lebih aktif
Konsentrasi atau fokus membantu anak
semakin semangat dalam bermain, belajar dan beraktivitas baik didalam kelas
ataupun diluar.
c)
Munculnya
hal-hal yang positif dan tidak mau
menghayal
Membantu meningkatkan daya pikir anak usia dini
terutama daya pikir dalam meningkatkan kemampuan mengenal, mengingat, berpikir
konvergen dan berpikir evaluatif. Pengembangan daya pikir yang dimulai sejak
pendidikan anak usia dini akan sangat membantu dalam memperoleh pengalaman
belajar.
d)
Suasana
menjadi yang semakin kondusif.
Adanya konsentrasi dan perhatian,
menjadikan suasana lebih tenang dan lebih nyaman dalam dan mempermudah anak
dalam menerima pelajaran sebab pikiaran hanya fokus dan tertuju dengan satu hal
yang sedang disampaikan
Berdasarkan
uraian diatas dapat tarik kesimpulan bahwa manfaat konsentrasi dalam penelitian
ini adalah untuk memfokuskan perhatian anak dan membangkitkan minat bermain
serta belajar, khususnya pada saat anak bermain membuat roncean anak
memfokuskan fikiranya untuk dapat dijadikan
sebuah bentuk roncean, maka guru harus dapat mengelola pelajaran
sedemikian rupa baik didalam atau diluar kelas agar anak fokus dan tetap
memperhatikannya.
B.
Meronce
1.
Pengertian
meronce
Sumantri
(2005: 151) mengemukakan bahwa meronce adalah kegiatan pengembangan motorik
halus di TK, kegiatan menguntai dengan membuat untaian dari bahan-bahan yang
berlubang disatukan dengan tali atau benang. Memasukan benang atau tali
kelubang-lubangnya dibantu dengan jarum atau tidak. Kegiatan meronce ditujukan
untuk melatih koordinasi mata dan tangan pada anak. Untuk memperoleh hasil
roncean yang menarik perlu trampil dan kreatif terampil melakukan roncean
dengan lancar tanpa mendapat luka atau sakit jari. Jarum dan bahan dapat
digunakan yang terdapat dilingkungan sekitar rumah atau sekolah kreatif dalam
mengkombinasikan susunan roncean, garis menurut bentuknya.
Sedangkan
pendapat lain dari Pamadi, (2008: 9.4-9.5) Meronce adalah menata dengan bantuan
mengikat komponen dengan seutas tali dengan teknik ini seseorang akan
memanfaatkan bentuk ikatan menjadi lebih lama dibanding dengan benda yang
ditata tanpa ikatan, meronce menata memperhatikan bentuk, warna dan ukuran,
seperti halnya irama musik yang mempunyai tingkat rendah serta keras, lunak,
halus kasarnya nada dan suara, jika musik mengunakan instrument untuk
menyatakan tinggi dan rendahnya suara maka
meronce akan memerlukan keterampilan sejenis itu. Meronce tidak hanya menyusun
dan menata bentuk melainkan menata dengan irama.
Dari
pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa meronce merupakan kegiatan menyusun
benda-benda dengan menggunkan seutas tali atau yang lain,serta dapat
divariasikan sesuai keinginan untuk menciptakan ide baru untuk meningkatkan
seni, kreativitas dan keterampilan dalam menggunkan tangan.
2.
Tujuan Meronce
Adapun
tujuan meronce menurut Pamadhi (2008: 9.11-9.13) yaitu :
a) Permainan
Merangkai maupun meronce berfungsi sebagai alat
bermain anak, benda-benda yang akan dirangkai tidak ditujukan untuk kebutuhan tertentu
melainkan untuk latihan memperoleh kepuasan rasa dan memahami keindahan.
b) Kreasi
dan komposisi
Kemungkinan benda atau komponen lain dapat diminta
guru kepada anak untuk menyusun ala kadarnya. Benda-benda tersebut dikumpulkan
dari lingkungan sekitar, seperti : papan bekas, atau kotak sabun serta yang
lain dibayangkan sebagai bangun yang megah. Anak sengaja hanya bermain
imajinasi saja, sehingga tujuan permainan ini untuk melatih imajinasi atau bayangan
anak tentang intruksi suatu bangun.
c) Gubahan
atau inovasi
Merangkai dan meronce dapat ditujukan untuk melatih
kreativitas, yaitu dengan cara mengubah fungsi lama menjadi fungsi baru.
Berdasarkan uraian diatas dapat diambil kesimpulan
bahwa meronce dapat memberikan ksempatan anak dalam berkarya juga dapat
difariasikan dan dibentuk menurut keinginan sehingga anak tertarik dan terlatih
untuk menciptakan ide baru, dengan kegiatan meronce anak akan merasakan dan
mendapatkan pengalaman langsung serta terampil untuk melakukan kegiatan yang
menggunkan kemampuan motorik halus dan lainnya.
3.
Tujuan
meronce dalam penelitian
Adapun
tujuan meronce dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
a) Meningkatkan
kreativitas
Meronce yang juga memancing
kreativitas. Salah satunya yang menyediakan pilihan, baik warna, bentuk dan
karakter dan lainya.
b)
Melatih motorik halus
Saat
melakukan kegiatan meronce anak harus dapat memasukan bahan roncean kedalam
tali atau benang. Sebagian anak mungkin agak kesulitan melakukannya karena
butuh gerakan-gerakan halus dari jari-jemarinya latihan melalui permainan ini
secara langsung menstimulasi kemampuan motorik halusnya. Jari-jemarinya akan
siap untuk diajak belajar menulis. Kemampuan motorik halus yang baik sangat
penting karena berpengaruh terhadap aktivitas anak sehari-hari.
c) Melatih Konsentrasi
Butuh konsentrasi cukup tinggi bagi
anak saat memasukan roncean tersebut, Lambat-laun kemampuan konsentrasinya akan
semakin terasah. Pada saat berkonsentrasi memasukan roncean dengan lubang yang
kecil kedalam tali atau sedotan, dibutuhkan pula koordinasi pergerakan tangan
dan mata. Koordinasi ini sangat baik untuk merangsang pertumbuhan otak dimasa
yang sangat pesat.
d) Mengenal
Bentuk
Selain warna, beragam bentuk pun ada
pada roncean yang akan dironce. Ada segitiga, segiempat, lingkaran, persegi
panjang. Pengenalan bentuk geometri dasar yang baik, kelak membuat anak lebih
memahami lingkungannya dengan baik.
e)
Mengenal warna
Bahan roncean terdiri atas banyak
sekali warna; merah, hijau, kuning, biru, dan lainnya. Anak dapat belajar
mengenal warna agar wawasan dan kosakatanya bertambah.
f)
Melatih Memecahkan Masalah
Kegiatan meronce merupakan sebuah
masalah yang harus diselesaikan anak. Tetapi bukan masalah sebenarnya,
melainkan sebuah permainan yang harus dikerjakan anak. Masalah yang
mengasyikkan yang membuat anak tanpa sadar sebenarnya sedang dilatih untuk
memecahkan sebuah masalah. Hal ini akan memperkuat kemampuan anak untuk keluar
dari permasalahan.
g) Melatih
ketekunan
Tak mudah menyelesaikan bentuk
roncean dalam waktu cepat. Butuh ketekunan dan kesabaran saat mengerjakannya
mengingat setiap bentuk berbeda dan lubang yang kecil dan dimasukan satu
persatu per satu. Tak heran bila permainan ini dapat melatih ketekunan dan
kesabaran anak.
Berdasarkan uraian diatas dapat
disimpulkan bahwa tujuan meronce dalam penelitian ini adalah mampu
mengembangkan bakat serta konsentrasi, melatih motorik halus serta dapat
mengasah ketrampilan anak dalam membntuk roncean untuk dijadikan seni yang
menarik dan dapat dinikmati bagi anak ataupun guru.
4. Jenis-jenis meronce
Menurut
Sumanto ( 2005: 159 ) ada bebrapa jenis meronce diantaranya yaitu :
a) Meronce
dari bahan alam
Roncean dapat diperoleh
dari lingkungan alam sekitar secara langsung seperti, janur, bunga segar,
buah-buahan, bunga kering, daun, kayu, ranting dan biji-bijian bahan alam membawa
warna dan tekstur yang alami, bentuk yang bagus dan hampir seragam, mudah
ditemui disekitar lingkungan.
b) Meronce
dari bahan buatan
Bahan
buatan yaitu bahan yang diolah dari bahan yang telah ada atau hasil produk
buatan manusia baik berbentuk bahan jadi, setengan jadi atau bahan bekas
seperti, monte, manik-manik, pita sintesis, kertas berwarna, sedotan minuman,
dan plastik.
Berdasarkan
uraian diatas dapat disimpulkan bahwa Bahan yang baik yaitu bahan yang mudah
didapat, dan menarik untuk anak, dengan kemudahan itu akan lebih mudah membuat
berbagai bentuk roncean sesuai dengan
kemampuan anak.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar