A. Kreativitas
Anak Usia Dini
Usia dini adalah usia yang paling kritis atau paling menentukan dalam
pembentukan karakter dan kepribadian seseorang. Perolehan kesempatan
untuk dapat mengoptimalkan tugas-tugas perkembangan pada usia dini sangat
menentukan keberhasilan perkembangan anak selanjutnya.
Setiap
orang pada dasarnya memiliki bakat kreatif tanpa kecuali walaupun setiap orang
berbeda dalam macam bakat yang dimiliki serta derajat atau tingkat dimilikinya
bakat tersebut. Satu hal yang penting adalah bahwa ditinjau dari segi
pendidikan, bakat kreatif dapat ditingkatkan, dan karena itu perlu dipupuk
sejak dini. Bila bakat kreatif tersebut tidak dipupuk maka bakat tersebut tidak
akan berkembang, bahkan menjadi bakat terpendam, yang tidak dapat diwujudkan.
Dalam dunia
pendidikan yang terpenting kreativitas perlu dikembangkan. Sehubungan dengan
pengembangan kreativitas, terdapat empat aspek konsep kreativitas (Rhodes,
1987) diistilahkan sebagai “Four P’s of
Creativity: Person, Process, Press, Product”. Utami Munandar (1999)
menguraikan definisi tentang kreativitas berdasarkan empat P, pertama pribadi (person), bahwa setiap anak adalah
pribadi unik dan kreativitas adalah ungkapan (ekspresi) dari keunikan pribadi individu. Kedua proses (process), kreativitas sebagai kemampuan
untuk menciptakan sesuatu yang baru atau untuk menemukan hubungan-hubungan baru
antara unsur-unsur yang sudah ada sebelumnya dalam mencari jawaban baru
terhadap suatu masalah, merupakan manifestasi dari kelancaran, fleksibilitas
dan orisinalitas pemikiran anak. Ketiga pendorong (press), kreativitas dapat berkembang jika ada “press” atau pendorong, baik dari dalam (dorongan internal,
keinginan, motivasi atau hasrat yang kuat dari diri sendiri) untuk berkreasi,
maupun dari luar, yaitu lingkungan yang memupuk dan mendorong pikiran,
perasaan, sikap dan perilaku anak yang kreatif dengan memberikan peluang kepada
anak untuk bersibuk diri secara kreatif. Keempat produk (product), bahwa produk-produk kreativitas yang konstruktif pasti
akan muncul, karena produk kreativitas muncul dari proses interaksi dari
keunikan individu, di satu pihak dan bahan, kejadian, orang-orang atau keadaan
hidupnya (faktor lingkungan dilain pihak). Dengan dorongan internal maupun
eksternal untuk bersibuk diri secara kreatif, maka produk-produk kreatif dengan
sendirinya akan muncul. Misalnya sebagai pendidik menghargai produk kreativitas
anak dan mengkomunikasikannya kepada yang lain dengan memamerkan karya anak,
hal ini akan menggugah minat anak untuk berkreasi ( http://zain.students.uii.ac.id/2013/04/08/%E2%80%9Cpermainan-dan-kreativitas-pada-anak-usia-dini%E2%80%9D/
di unduh tanggal 5 Oktober 2014).
Untuk
anak-anak, kreativitas difokuskan pada proses: pembuatan gagasan-gagasan.
Penerimaan orang dewasa dari banyaknya gagasan-gagasan di dalam
suasana yang tidak evaluatif akan membantu anak-anak menghasilkan lebih banyak
gagasan-gagasan atau bergerak ke langkah yang berikutnya, evaluasi diri. Ketika
anak-anak mengembangkan kemampuan untuk evaluasi diri, mutu isu-isu dan
pembuatan produk-produk menjadi lebih penting. Penekanan pada usia ini adalah
menjelajah kemampuan-kemampuan mereka untuk menghasilkan dan mengevaluasi
hipotesis, dan meninjau kembali gagasan mereka yang didasarkan pada evaluasi.
Evaluasi oleh yang lain dan ukuran-ukuran untuk produk-produk dengan sebenarnya
penting hanya digunakan anak remaja atau orang dewasa yang lebih
tua.
B. Bermain Dan Kreativitas
Kreativitas
anak usia dini adalah kreativitas alamiah yang dibawa dari sejak lahir.
Kreativitas alami seorang anak usia dini terlihat dari rasa ingin tahunya yang
besar. Hal ini terlihat dari banyaknya pertanyaan yang diajukan kepada orang tuanya
terhadap sesuatu yang dilihatnya. Adakalanya pertanyaan itu diulang-ulang dan
tidak ada habis-habisnya. Selain itu anak juga senang mengutak-atik alat
mainannya sehingga tidak awet dan cepat rusak hanya karena rasa ingin tahu
terhadap proses kejadian.
Para ahli menegaskan bahwa kreativitas
mencapai puncaknya di usia antara 4 sampai 4,5 tahun. Anak usia prasekolah
memiliki imajinasi yang amat kaya sedangkan imajinasi merupakan dasar dari
semua jenis kegiatan kreatif. Mereka memiliki “kreativitas alamiah” yang tampak
dari perilaku seperti sering bertanya, tertarik untuk mencoba segala sesuatu,
dan memiliki daya khayal yang kuat (Kak Seto, 2004:11).
Menurut Abdurrahman (2005:35), kreativitas
anak adalah kemampuan untuk menghasilkan pemikiran-pemikiran yang asli, tidak
biasa, dan sangat fleksibel dalam merespon dan mengembangkan pemikiran dan
aktivitas. Pada anak usia dini kreativitas akan terlihat jelas ketika anak
bermain, di mana ia menciptakan berbagai bentuk karya, lukisan ataupun khayalan
spontanitas dengan alat mainannya. Adapun ciri-ciri kreativitas alamiah
meliputi: imajinatif, senang menjajaki lingkungan (exploring), banyak
mengajukan pertanyaan, mempunyai rasa ingin tahu yang kuat, suka melakukan
”eksperimen”, terbuka untuk rangsangan-rangsangan baru, berminat untuk
melakukan macam-macam hal, ingin mendapatkan pengalaman-pengalaman baru, dan
tidak pernah merasa bosan (Majalah Nakita, 2003: 7 edisi Agustus
2003).
Bermain
adalah awal dari perkembangan kreativitas, karena dalam kegiatan yang menyenangkan
itu, anak dapat mengungkapkan gagasan-gagasan secara bebas dalam hubungan
dengan lingkungannya. Oleh karena itu kegiatan tersebut dapat dijadikan dasar
dalam mengembangkan kreativitas anak.
Guilford
(dalam Hawadi, 2001:3) dengan analisis faktornya menemukan ada lima ciri yang
menjadi sifat kemampuan berpikir kreatif: pertama, kelancaran (fluency)
adalah kemampuan untuk memproduksi banyak gagasan. Kedua, keluwesan (flexibility)
adalah kemampuan mengajukan bermacam-macam pendekatan atau jalan pemecahan masalah.
Ketiga, keaslian (originality) adalah kemampuan untuk melahirkan
gagasan-gagasan asli sebagai hasil pemikiran sendiri dan tidak klise. Keempat,
penguraian (elaboration) adalah kemampuan untuk menguraikan sesuatu
secara terperinci. Kelima, perumusan kembali (redefinition) adalah
kemampuan untuk mengkaji kembali suatu persoalan melalui cara dan perspektif
yang berbeda dengan apa yang sudah lazim.
C. Alasan Perlunya Dikembangkan
Kreativitas Pada Anak
Dr. Utami
Munandar memberikan empat alasan perlunya dikembangkan kreativitas pada anak
yaitu: Pertama, dengan berkreasi anak dapat mewujudkan dirinya dan
ini merupakan kebutuhan pokok manusia. Kedua, kreativitas atau cara
berpikir kreatif, dalam arti kemampuan untuk menemukan cara-cara baru
memecahkan suatu permasalahan.Ketiga, bersibuk diri secara kreatif
tidak saja berguna tapi juga memberikan kepuasan pada individu. Hal ini
terlihat jelas pada anak-anak yang bermain balok-balok atau permainan
konstruktif lainnya. Mereka tanpa bosan menyusun bentuk-bentuk kombinasi baru
dengan alat permainannya sehingga seringkali lupa terhadap hal-hal lain. Keempat, kreativitaslah
yang memungkinkan manusia untuk meningkatkan kualitas dan taraf hidupnya.
Dengan kreativitas seseorang terdorong untuk membuat ide-ide, penemuan-penemuan
atau teknologi baru yang dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat secara
luas.
D. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi
Kreativitas
Kreativitas
seseorang berkembang dipengaruhi oleh faktor-faktor internal (diri sendiri) dan
eksternal (lingkungan). Faktor-faktor yang bersumber dari diri sendiri, seperti
kondisi kesehatan fisik, tingkat kecerdesan (IQ), dan kesehatan mental.
Sementara faktor lingkungan yang mendukung perkembangan kreativitas antar lain
:
1.
Orang
tua atau pendidik dapat menerima anak apa adanya, serta memberi kepercayaan
padanya bahwa pada dasarnya dia baik dan mampu,
2.
Orang
tua atau guru bersikap empati kepada anak, dalam arti mereka memahami pikiran,
perasaan, dan perilaku anak,
3.
Orang
tua atau pendidik memberi kesempatan kepada anak untuk mengungkapkan pikiran,
perasaan, dan pendapatnya,
4.
Orang
tua atau pendidik memupuk sikap dan minat anak dengan berbagai kegiatan yang
positif,
5.
Orang
tua atau pendidik menyediakan sarana prasarana pendidikan yang memungkinkan
anak mengembangkan keterampilannya dalam membuat karya-karya yang
produktif-inovatif.
Kreativitas
membutuhkan EQ (kecerdasan emosional). Goleman seorang pakar EQ mengatakan, IQ
menyumbang 20 persen saja dalam keberhasilan seseorang sementara 80 persen
lainnya ditentukan oleh kekuatan-kekuatan lainnya. Misalnya kesediaan untuk
bekerja keras, disiplin, rasa percaya diri, dan termasuk di dalamnya EQ.
Kesemuanya faktor penunjang kreativitas ini dapat dibina, dilatih, dan
dikembangkan sejak anak berusia dini.
Antara
kreativitas dan intelegensi terdapat perbedaan. Apabila kita mengacu kepada
teori Guilford tentang Structure of Intelect (dalam Hawadi,
2001:19) maka intelegensi lebih menyangkut pada cara berpikir konvergen
(memusat), sedangkan kreativitas lebih berkenaan dengan cara berpikir divergen
(menyebar). Munandar menjelaskan bahwa berpikir konvergen adalah pemberian
jawaban atau penarikan kesimpulan yang logis (penalaran) dari informasi yang
digunakan dengan penekanan pada pencapaian jawaban tunggal yang
paling tepat. Adapun berpikir divergen (yang juga disebut berpikir kreatif)
adalah kemampuan memberikan bermacam-macam jawaban berdasarkan informasi yang
diberikan dengan penekanan pada keragaman, jumlah, dan kesesuaian.
Mengenai
hubungan kreativitas dan intelegensi dapat diamati melalui hasil studi para
ilmuwan psikologi. Torrance (1965) dalam temuan hasil penelitiannya menjelaskan
bahwa anak-anak yang tinggi kreativitasnya memiliki taraf intelegensi (IQ) di
bawah rata-rata IQ kelompok sebayanya. Dalam kaitannya dengan keberbakatan (giftedness),
Torrance mengemukakan bahwa IQ tidak dapat dijadikan ukuran satu-satunya
sebagai kriteria untuk mengidentifikasi anak-anak yang berbakat. Apabila yang
digunakan untuk menetukan kriteria keberbakatan hanya IQ, diperkirakan 70% anak
yang memiliki tingkat kreativitas tinggi akan tersingkir dari penyaringan.
E. Peran Orang Tua Dalam
Mengembangkan Kreativitas Anak
Kreativitas merupakan kunci sukses dan
keberhasilan dalam kehidupan. Orang yang tidak kreatif, kehidupannya statis dan
sulit sekali meraih keberhasilan. Dengan keadaan zaman yang sudah mengglobal
dan penuh dengan tantangan serta persaingan seperti sekarang ini membutuhkan
orang-orang yang kreatif. Begitu bermaknanya kreativitas bagi kehidupan
seseorang, maka pendidikan dan pengembangan kreativitas tidak bisa
ditunda-tunda, harus dimulai sejak usia dini. Agar kreativitas anak
dapat berkembang secara optimal, maka orang tua atau guru dapat melakukan
strategi ( 4P ) yaitu ; Pribadi, Pendorong, Proses, dan Produk.
1. Pribadi
Orang Tua harus paham, tiap anak memiliki pribadi berbeda, tiap anak adalah
unik. Karena itu kreativitas juga merupakan sesuatu yang unik.
2. Pendorong,
Untuk mengembangkan kreativitas anak, orang tua harus dapat memberikan
dorongan kepada anaknya agar dapat memunculkan motivasi dalam diri anak yaitu
motivasi instrinsik dan ekstrinsik.
3. Proses,
Jika sarana dan prasana sudah tersedia, dorongan sudah ada, maka anakpun
akan berproses dan berkreasi. Nah, proses inilah yang penting untuk anak ketika
bermain. Ia akan merasa mampu dan senang bersibuk diri secara kreatif. Entah
dengan melukis, menyusun balok-balok menjadi sebuah menara dan sebagainya.
Hargailah kreasinya tanpa perlu berlebihan. Sebab, secara intuitif anak akan
tahu, apakah penghargaan itu tulus atau sekadar basa-basi.
4. Produk,
Setelah ketiga faktor di atas dipenuhi, maka anakpun akan menghasilkan
produk kreatif. Produk kreatif anak usia dini dapat berupa lukisan, alat
mainan, bentukan tanah liat. Peran orang tua di sini adalah memberikan
penghargaan atas produk-produk yang dihasilkan anak dengan cara memberi pujian
atau memajang hasil karya anak.
Kreativitas
anak akan berkembang jika orang tua mempunyai kebiasaan-kebiasaan kreatif
seperti teliti, cermat, disiplin, dan keteraturan dalam kehidupan sehari-hari
yang dapat dicontoh oleh anak. Selain itu kreatif dalam berkarya seperti
membuat alat permainan bersama-sama dengan anak, memanfaatkan bahan-bahan alami
yang ada di lingkungan atau bahan bekas kemasan kebutuhan rumah tangga.
Peran orang
tua memegang peranan yang sangat penting dalam memfasilitasi perkembangan
kreativitas anak, bukan memaksakan kehendak kepada anak. Karena kreativitas
lebih bersifat personal dan privasi, ketimbang sosial dan massal, maka tumbuh
kembangnya membutuhkan berbagai interaksi. Menumbuhkembangkan pola interaksi
yang positif antara orang tua dengan anak di rumah melalui bermain dengan
suasana yang menyenangkan merupakan sarana yang paling baik untuk merangsang
dan mengembangkan kreativitas anak.
F. Kegiatan Mencap dengan media bahan alam
Bermain
dengan menggunakan media bahan alam merupakan suatu fenomena yang sangat
menarik perhatian para pakar seperti pendidik, psikolog, ahli filsafat dan
sebagainya. Selain itu bermain dengan media bahan alam tidak berbahaya bagi
anak karena bahannya dari alam, tidak mengandung bahan kimia apapun. Selain itu
untuk mengenalkan anak pada alam mereka tertantang untuk lebih memahami arti
bermain dikaitkan dengan tingkah laku manusia. Anak usia pra sekolah sering disebut masa
bermain, karena sebagian besar kehidupannya sepanjang hari diisi dengan kegiatan
bermain dan tampaknya permainan tidak dapat dipisahkan dari kehidupan anak.
Karena itu menurut teori ilmu jiwa anak, anak usia pra sekolah disebut masa
bermain.
Maka prinsip pendidikan
yang dilaksanakan di PAUD menganut prinsip belajar sambil bermain. Suasana
bermain masih ditonjolkan, anak PAUD dipersiapkan dan bermain secara
berangsur-angsur beralih ke belajar. Kegiatan bermain di PAUD memiliki nilai pendidikan tersendiri.
Dengan bermain anak memperoleh kesempatan untuk mengembangkan aspek-aspek
pribadinya sendiri menurut pola pengembangannya secara wajar.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar